HAKIKAT
SYIAH SABA’IYAH DAN SYIAH ITSNA
‘ASYARIAH
Dosen pengampu:
Dr. Fadil Sj, M.Ag
Disusun Oleh:
Mohammad Nabiil (12220105)
Moh. Koirul Anam (12220104)
Rizul Barzan (12220112)
JURUSAN HUKUM BISNIS
SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Munculnya Syi’ah
Secara
bahasa, Syi’ah berarti pengikut, golongan, sahabat dan penolong. Istilah
Syi’ah, selanjutnya berkembang dengan arti khusus, yaitu nama bagi sekelompok orang
yang menjadi partisan atau pengikut Ali bin Abi Thalib dan
keturunan-keturunannya.[1]
Sebenarnya Syiah dinamakan juga Rafidhah, Penamaan
ini disebutkan oleh syaikh mereka Al Majlisi dalam bukunya "Al Bihaar"
dan ia mencantumkan empat hadits dari hadits-hadits mereka.
Ada yang mengatakan : mereka dinamakan rafidhah,
karena mereka datang ke Zaid bin Ali bin Husein, lalu mereka berkata :
"Berlepas dirilah kamu dari Abu Bakar dan Umar sehingga kami bisa
bersamamu!", lalu beliau menjawab : "Mereka berdua (Abu Bakar dan
Umar) adalah sahabat kakekku, bahkan aku setia kepada mereka". Mereka
berkata : "Kalau begitu, kami menolakmu (rafadhnaak) maka
dinamakanlah mereka Raafidhah (yang menolak), dan orang yang membai'at
dan sepakat dengan Zaid bin Ali bin Husein disebut Zaidiyah.
Ada yang mengatakan : mereka dinamakan dengan Raafidhah,
karena mereka menolak keimaman (kepemimpinan) Abu Bakar dan Umar. Dan dikatakan
mereka dinamakan dengan Rafidhah karena mereka menolak agama.
Dalam buku Daairatul Ma'arif
bahwasanya : golongan yang muncul dari cabang-cabang syi'ah jauh melebihi dari
angka tujuh puluh tiga golongan yang terkenal itu.
Bahkan dikatakan oleh seorang
rafidhah Mir Baqir Ad Damaad, sesungguhnya seluruh firqoh-firqoh yang tersebut
dalam hadits, yaitu hadits berpecahnya umat ini menjadi tujuh puluh tiga
golongan, maksudnya adalah firqoh-firqoh syi'ah. Dan sesungguhnya golongan yang
selamat itu dari mereka adalah golongan Imamiyah.
Al Maqrizi menyebutkan bahwa jumlah
firqoh-firqoh mereka itu sampai 300 (tiga ratus) firqoh.
As Syahrastaani berkata :
“Sesungguhnya Rafidhah terbagi menjadi lima bagian : Al Kisaaniyah, Az Zaidiyah,
Al Imamiyah, Al Ghaliyah dan Al Ismailiyah.”
Al Baghdadi berkata : “Sesungguhnya
Rafidhah setelah masa Ali ada empat golongan : Zaidiyah, Imamiyah,
Ghulaah dan Kisaaniyah.”
Perlu diperhatikan bahwa
sesungguhnya Az Zaidiyah tidak termasuk dari firqoh-forqoh Rafidhah,
kecuali kelompok Al Jarudiyah.Selanjutnya Umar ditunjuk
oleh Abu Bakar sebagai penggantinya, menjadi khalifah kedua yang kemudian
dilanjutkan oleh Usman. Setelah Usman terbunuh oleh pemberontak yang
mengatasnamakan diri mereka sebagai anti depotisme keluarga Umayyah, Ali
kemudian diangkat menjadi khalifah keempat pada tahun 35H/656M[2].
Perjalanan
sejarah menunjukkan bahwa peristiwa pembunuhan khalifah ke-3 Usman Bin Affan,
telah melahirkan rentetan sejarah yang sangat panjang dan membawa dampak pada
khalifah setelahnya, Ali bin Abi Thalib. Di antaranya adalah penolakan Muawiyyah,
gubernur Damaskus atas Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, dengan alasan bahwa Ali
tidak melakukan pengusutan terhadap pembunuhan Usman. Ketegangan antara Ali dan
Muawiyah ini berbuntut dengan terjadinya perang Siffin yang berakhir dengan peristiwa
arbitrase (tahkim), yang dianggap sebagai titik temu penyelesaian persengketaan
yang terjadi antara khalifah (Ali Bin Abi Thalib) dengan Muawiyah.
Namun
peristiwa itu justru melahirkan berbagai reaksi dan aksi, seiring dengan tidak
bisanya menyatukan pemikiran dan pendapat dari masing-masing kelompok. Pada akhirnya
membuat umat menjadi bagian-bagian (firqah-firqah). Sejarah mencatat, bermula
dari perpecahan politik ini, pada kelanjutannya melahirkan aliran-aliran
teologi dalam Islam.
Aliran
yang paling terkenal dengan peristiwa ini adalah Khawarij yang muncul sebagai
pasukan yang keluar dari barisan Ali atau memisahkan diri sebagai bentuk protes
terhadap keputusan Ali dan pada saat yang bersamaan juga muncul satu golongan
yang tetap setia mendukung Ali bin Abi Thalib, yang pada berikutnya terkenal
dengan nama Syi’ah, yang dalam perekembangnya hadir sebagai sebuah aliran yang
memiliki konsep dan ajaran tersendiri.[3]
Syi’ah
memiliki main-stream berupa kecintaan kepada Ali dan Ahlul Bait. Main-stream
itu kemudian berkembang setahap demi setahap, dan pada akhirnya menjadikan
Syi’ah sebagai sebuah mazhab atau aliran yang memiliki ajaran-ajaran tersendiri
dalam bidang politik, teologi, fiqih, dan bidang lainnya.Teologi Syi’ah
mengandung prinsip ajaran yang dikenal dengan lima rukun, yaitu prinsip tauhid
(Keesaan Tuhan), nubuwwat (kenabian), maad (kebangkitan jiwa dan tubuh pada
hari kiamat), imamah serta prinsip a-‘adl. Imamah merupakan esensi ajaran
Syi’ah. Sehingga kita bisa temukan ajaran-ajaran Syi’ah di bidang politik dan
teologi pada umumnya berkisar pada persoalan imamah dan iman serta hubungan
yang erat antara keduanya.
Dalam
perkembangannya, Syi’ah dapat diterima oleh banyak kalangan namun dengan banyak
perbedaan dan perpecahan yang melahirkan sekte yang tidak sedikit dalam Syi’ah
itu sendiri. Tetapi sekalipun Syi’ah terpecah kepada beragam sekte, namun
mereka mempunyai keyakinan yang sama pada umumnya, yang merupakan ciri Syi’ah
secara menyeluruh.
2.2.2
Pokok-pokok Pikiran Syi’ah
Kaum
Syi’ah memiliki 5 pokok pikiran utama yang harus dianut oleh para pengikutnya
diantaranya yaitu at tauhid, al ‘adl, an nubuwah, al imamah dan al ma’ad.[4]
a.
At tauhid
Kaun
Syi’ah juga meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, tempat bergantung semua makhluk,
tidak beranak dan tidak diperanakkan dan juga tidak serupa dengan makhluk yang
ada di bumi ini. Namun, menurut mereka Allah memiliki 2 sifat yaitu
al-tsubutiyah yang merupakan sifat yang harus dan tetap ada pada Allah SWT.
Sifat ini mencakup ‘alim (mengetahui), qadir (berkuasa), hayy (hidup), murid
(berkehendak), mudrik (cerdik, berakal), qadim azaliy baq (tidak berpemulaan,
azali dan kekal), mutakallim (berkata-kata) dan shaddiq (benar). Sedangkan
sifat kedua yang dimiliki oleh Allah SWT yaitu al-salbiyah yang merupakan sifat
yang tidak mungkin ada pada Allah SWT. Sifat ini meliputi beberapa bagian,
berjisim, bisa dilihat, bertempat, bersekutu, berhajat kepada sesuatu dan
merupakan tambahan dari Dzat yang telah dimilikiNya.[5]
b.
Al ‘adl
Kaum
Syi’ah memiliki keyakinan bahwa Allah memiliki sifat Maha Adil. Allah tidak
pernah melakukan perbuatan zalim ataupun perbuatan buruk yang lainnya. Allah
tidak melakukan sesuatu kecuali atas dasar kemaslahatan dan kebaikan umat
manusia. Menurut kaum Syi’ah semua perbuatan yang dilakukan Allah pasti ada
tujuan dan maksud tertentu yang akan dicapai, sehingga segala perbuatan yang
dilakukan Allah Swt adalah baik. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa konsep keadilan Tuhan yaitu Tuhan selalu melakukan perbuatan yang baik
dan tidak melakukan apapun yang buruk.Tuhan juga tidak meninggalkan sesuatu
yang wajib dikerjakanNya.
c.
An nubuwwah
Kepercayaan
kaum Syi’ah terhadap keberadaan Nabi juga tidak berbeda halnya dengan kaum
muslimin yang lain. Menurut mereka Allah mengutus nabi dan rasul untuk
membimbing umat manusia. Rasul-rasul itu memberikan kabar gembira bagi
mereka-mereka yang melakukan amal shaleh dan memberikan kabar siksa ataupun
ancaman bagi mereka-mereka yang durhaka dan mengingkari Allah SWT. Dalam hal
kenabian, Syi’ah berpendapat bahwa jumlah Nabi dan Rasul seluruhnya yaitu 124
orang, Nabi terakhir adalah nabi Muhammad SAW yang merupakan Nabi paling utama
dari seluruh Nabi yang ada, istri-istri Nabi adalah orang yang suci dari segala
keburukan, para Nabi terpelihara dari segala bentuk kesalahan baik sebelum
maupun sesudah diangkat menjadi Rasul, Al Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad
yang kekal, dan kalam Allah adalah hadis (baru), makhluk (diciptakan) hukian
qadim dikarenakan kalam Allah tersusun atas huruf-huruf dan suara-suara yang
dapat di dengar, sedangkan Allah berkata-kata tidak dengan huruf dan suara.[6]
d.
Al imamah
Bagi
kaun Syi’ah imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama sekaligus dalam
dunia.Ia merupakan pengganti Rasul dalam memelihara syari’at, melaksanakan
hudud (had atau hukuman terhadap pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan kebaikan
serta ketentraman umat. Bagi kaum Syi’ah yang berhak menjadi pemimpin umat
hanyalah seorang imam dan menganggap pemimpin-pemimpin selain imam adalah
pemimpin yang ilegal dan tidak wajib ditaati. Karena itu pemerintahan Islam
sejak wafatnya Rasul (kecuali pemerintahan Ali Bin Abi Thalib) adalah
pemerintahan yang tidak sah. Di samping itu imam dianggap ma’sum, terpelihara
dari dosa sehingga imamah tidak berdosa serta perintah, larangan tindakan
maupun perbuatannya tidak boleh diganggu gugat ataupun dikritik.
e.
Al Ma’ad
Secara
harfiah al ma’dan yaitu tempat kembali, yang dimaksud disini adalah akhirat.
Kaum Syi’ah percaya sepenuhnya bahwahari akhirat itu pasti terjadi. Menurut
keyakinan mereka manusia kelak akan dibangkitkan, jasadnya secara
keseluruhannya akan dikembalikan ke asalnya baik daging, tulang maupun ruhnya.
Dan pada hari kiamat itu pula manusia harus memepertanggungjawabkan segala
perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia di hadapan Allah SWT. Pada
saat itu juga Tuhan akan memberikan pahala bagi orang yang beramal shaleh dan
menyiksa orang-orang yang telah berbuat kemaksiatan.
1.2.3 Sejarah Timbulnya Syi’ah Saba’iyah
Abdullah Ibn Saba’ adalah Yahudi dari San’a (Yaman)
ibunya adalah wanita berkulit hitam, ia dikenal dengan “Ibnu as-Sawda’”. Dia
masuk Islam pada zaman Utsman ra. Dia dan para pengikutnya dari Yahudi Jazirah
Arab berpindah-pindah tempat antara Hijaz, Bashrah, Kufah dan Syam. Dia berusaha dengan keras untuk mempengaruhi kelompok
orang-orang bodoh, orang yang berjiwa lemah dan orang-orang yang menyimpan
dendam terhadap Islam (dan atau orang-orangnya). Ternyata ia tidak berhasil
(dengan gemilang).
Kemudian ia pindah ke Mesir dan diikuti oleh
pengikutnya. Di sana ia tinggal menetap dan hidup di tengah-tengah penduduk
Mesir[7]. Dia
mulai mempengaruhi mereka, ternyata bumi Mesir subur untuk dakwahnya. Dia
berkata kepada mereka: “Aku sangat heran kenapa kalian mempercayai bahwa Isa
putra Maryam akan kembali ke dunia sementara kalian tidak percaya bahwa
Muhammad akan kembali kepadanya ?!” Dia berdalil dengan firman Allah yang
artinya:
“Sesungguhnya yang mewajibkan
atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu
ke tempat kembali. Katakanlah: “Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk
dan orang yang dalam kesesatan yang nyata”.(Al-Qashash : 85).”
Dia telah jauh menyimpang dari
kebenaran dalam menafsiri ayat, karena yang dimaksud dengan “ma’ad” di
sini adalah sebagaimana yang dikatakan para ahli tafsir adalah kematian atau
surga atau kembalinya Rasul Saw kepada Rabb-nya pada hari kiamat[8].
Dengan begitu dia telah
mempengaruhi akal mereka. Maka mereka meyakini adanya “Raj’ah” ini. Jadi
Ibnu Saba’ adalah orang pertama yamg menyuarakan tentang “Raj’ah”. Dia
sangat berlebihan dalam perkara ini sampai menetapkan “wilayah”, ia
berkata: “Sesungguhnya setiap Nabi memiliki seorang “washi” dan Ali ibn
Abi Thalib adalah washi bagi Muhammad Saw!,
Maka tidak ada orang yang paling Zalim selain
orang yang tidak melaksanakan wasiat Rasulullah Saw (maksudnya ia menuduh
Utsman merampas hak Ali dan menzaliminya). Maka bangkitlah kalian untuk
memperjuangkan perkara ini, dan hendaklah cara kalian dalam mengembalikan hak
kepada pemiliknya dengan mencela para umara dan menampakkan “amar ma’ruf dan
nahi munkar”, dengan begitu kalian akan menarik simpati orang”.
Akhirnya sampailah ajaran Ibnu
Saba’ kepada puncaknya ketika mengklaim ketuhanan Ali, dan bahwasanya Ali tidak
dibunuh melainkan naik ke langit, dan sesungguhnya yang terbunuh adalah setan
yang menjelma dengan rupa Ali. Gledek adalah suara Ali dan kilat adalah
cemetinya atau senyumannya
Padahal gledek dan kilat sudah
ada sejak zaman dulu (sebelum meninggalnya Ali).
Demikianlah ia menyebarkan
kebatilan dan khurafat ini di tengah-tengah orang yang lemah
jiwanya. Maka ia dan orang-orangnya berhasil membentuk kelompok-kelompok di
Mesir, Bashrah dan Kufah, dan di setiap wilayah ada amirnya. Kelompok Mesir
dipimpin oleh al-Ghafiqi ibn Harb al-‘Akki al-Misri, yang menjadi ujung tombak
dan alat untuk melaksanakan rencana-rencana selanjutnya. Al-Ghafiqi memiliki
banyak pembantu dan orang dekatnya semisal: Sudan ibn Hamran, Khalid ibn
Muljam, Kinanah ibn Bisyr at-Tujibi, Abdullah ibn Badil ibn Warqa’, Hakim ibn
Jabillah dan Malik ibn al-Harits al-Asytar[9].
Tatkala tiba waktunya kelompok
Saba’iyah berangkat dari Mesir, Bashrah dan Kufah secara serentak menuju
Madinah pada tahun 35 H. Mereka memecah diri dalam 12 kelompok, masing-masing
wilayah 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 150 orang. Mereka
menampakkan diri seperti rombongan haji, memanfaatkan momentum keberangkatan
jama’ah haji yang sesungguhnya. Ketika mereka telah mengepung Madinah, dan
fitnah telah mencapai puncaknya mereka melarang khalifah Utsman ra shalat di
masjid Nabawi, kemudian mereka mengepung rumah khalifah ar-Rasyid. Lalu mereka
masuk rumah (dari belakang) secara paksa, al-Ghafiqi memukul khalifah dengan
besi. At-Tujibi memutuskan jari-jari Nailah istri khalifah. Kemudian mereka
menancapkan pedang di dada khalifah dan menindihnya, maka terbunuhlah khalifah Utsman
asy-Syahid. Ruhnya terbang menemui Rabb-nya dan di hadapannya tergeletak
Kitabullah. Kemudian Sudan ibn Hamran keluar dari rumah khalifah dan berteriak
“Kami telah membunuh Utsman ibn Affan”[10].
Sukseslah Ibnu Saba’ dalam
rencana jahatnya dan khalifah Utsman ibn Affan ra menjadi korban dari
konspirasi ini.
Kini, setelah lebih dari seribu
tahun sebagian Hakham (pemimpin, ulama) Syi’ah mengingkari keberadaan sosok
Ibnu Saba’ dengan tujuan supaya tidak terbongkar kebusukkan mereka dan agar
tidak membenarkan pendapat kaum muslimin tentang mereka. Maka mereka
mengingkari keberadaan Ibnu Saba’ “sang mu’allim pertama”
dalam kesesatan mereka. Di antara yang mengingkarinya adalah Muhammad al-Husain
Ali Kasyif al-Ghitha’ di dalam kitabnya “Ashl asy-Syi’ah wa Ushuluha”.
Dia menulis dengan keji : “Sesungguhnya Abdullah ibn Saba’, Majnun ibn Amir,
Abu Hilal dan yang semisal dengan orang-orang atau pahlawan-pahlawan ini,
semuanya adalah khurafat yang dikarang oleh para “tukang
cerita” atau “oarang-orang yang senang begadang dan ngobrol tidak
karuan”.
Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir
rahimahullah ketika membantah orang-orang seperti mereka mengatakan:
“Mengingkari keberadaan Abdullah
ibn Saba’ sama artinya dengan mengingkari matahari yang bersinar terang di
siang hari. Tidak ada satupun penulis klasik yang mengingkari keberadaannya.
Saya tidak habis pikir siapakah yang lebih dalam ilmu dan penguasaannya
terhadap realitas-realitas (sejarah)? Orang-orang terdahulu ataukah orang-orang
belakangan yang pengecut dan takut dari cucunya sendiri? Kita meminta dan
menantang mereka untuk membuktikan satu orang yang terdahulu, dari mereka
sendiri, bukan dari kita, yang mengingkari sosok Ibnu Saba’ dan menganggapnya
sebagai khayalan dankhurafat….. Yang perlu diingat, kita tidak menyebut
Ibnu Saba’.
ketika menyebutnya dalam kitab kami “Asy-Syi’ah
wa as-Sunnah”, sebagai nukilan dari Ibnu Hajar al-Asqalani atau
adz-Dzahabi atau Ibnu Hibban, Ibnu Makula, al-Bukhari atau Fulan dan
Fulan…Tetapi kami menyebutnya berdasarkan nukilan dari al-Kasy-syi imam mereka
sendiri dalam bidang rijal, an-Nubakhti, imam mereka dalam
hal firaq atau sekte-sekte. Dan seorang sejarawan Syi’ah dalam
“ar-Rawdhah ash-Shofa”. Ketiga kitab tersebut adalah kitab mereka,
ditulis oleh pemuka mereka kemudian dari tahqiq atau editing
mereka, supaya tidak ada sangkaan bahwa ada yang sengaja menyisipkan, editor
atau komentator. Sesungguhnya an-Nubakhti secara pasti tidak menukil dari
ath-Thabari dan tidak satupun orang yang menuduhnya demikian. Dia jika tidak
mendahului ath-Thabari, juga tidak setelahnya, karena dia sejaman dengan Tsabit
ibn Qurrah yang meninggal 288 H, dan dialah poros dan pusat dari orang Syi’ah
yang terkenal dengan kefanatikan dan caciannya terhadap orang-orang yang tidak
sejalan, yang dikenal dengan sebutan al-Kasy-syi, yang ahli di bidang rijal (para
tokoh dan rawi). Yang hidup sejaman dengan Ibnu Fuldaih yang
meninggal pada 369 H. Dan kitabnya adalah kitab yang paling utama dan pertama
tentang rijal, juga (mengambil) dari “al-Ushul al-Arba’ah”
yang menjadi tumpuan mereka dalam bab ini”.
Sesungguhnya banyak sekali
kitab-kitab Syi’ah yang menegaskan dan mengukuhkan apa yang sudah kita sebut di
atas tentang Ibn Saba’. Inilah al-Huli asy-Syi’i dalam kitabnya menulis`:
“Sesungguhnya Abdullah ibn Saba’ kembali menjadi kafir dan menampakkan
sikap ghuluw, ia mengaku menjadi Nabi dan Ali as adalah Allah. Maka
Ali memintanya untuk bertaubat dalam tiga hari. Ternyata ia tidak mau taubat
maka Ali membakarnya dengan api dalam kelompok 70 orang yang mengklaim hal yang
sama”[11].
Begitu pula pembesar mereka Sa’ad
ibn Abdillah al-Qummi yang meninggal pada 229 H, yang sejaman dan bertemu
dengan Imam Syi’ah kesebelas al-Hasan al-Askari dan mengambil ilmu dari
padanya, telah mengakui keberadaan sosok Ibn Saba’. Bahkan ia menyebutkan nama
orang-orang pembantu dan sahabatnya yang ikut melakukan makar dan menjuluki
mereka dengan “ Firqah Saba’iyah”. Dia berkata tentang Ibn Saba’: “Dia adalah
orang pertama yang menampakkan penghinaan terhadap Abu Bakar, Umar, Utsman dan
sahabat serta menyatakan “Bara’” (lepas diri) dari mereka. Dia mengklaim
bahwa Ali yang memerintahkannya untuk itu”. Sebagaimana
ia meriwayatkan bahwa ketika Ali mendengar kabarnya ia memerintahkan untuk
membunuhnya, kemudian diurungkan dan merasa cukup dengan mengusirnya ke Madain.
Mirip dengan yang tadi para ulama
dan sejarawan Syi’ah lainnya juga telah mengatakan seperti : al-Astarabadzi, ath-Thusi, at-Tustari, Abbas al-Qummi, al-Khawansari, al-Ashfahani dan pengarang kitabRawdhah as-Shafa dalam
sejarahnya.
Sebagaimana Ulama dan sejarawan
Sunni juga telah menetapkan Ibn Saba’ dan akidah-akidahnya seperti ath-Thabari, Ibn Katsir dan Ibn al-Atsir, Ibn
Khaldun, al-Hafizh Ibn Hajar dan
al-Isfiraini, begitu pula al-Baghdadi,
ar-Razi dan asy-Syaharastani.
Tidak diragukan lagi bahwa
sumber-sumber dan bukti-bukti ini telah mengukuhkan keberadaan Ibn Saba’ dan
kelompoknya yang terdiri dari orang Yahudi dan kaum munafik yang menyebut diri
mereka dengan sebutan “Syi’ah Ahlul Bait”.
Sebagian ulama Syi’ah kontemporer
telah merubah pola mereka dan mulai mengakui adanya tokoh Ibn Saba’, setelah
bukti-bukti keberadaannya tampak di mata mereka dan tidak bisa lagi mengelak.
Mengelak harganya sangat mahal bagi mereka sebab konsekuensinya adalah
menganggap cacat sumber-sumber agama mereka. Karena itu Muhammad Husain az-Zen
seorang Syi’ah kontemporer mengatakan: “Bagaimanapun juga Ibn Saba’ memang ada
dan dia telah menampakkan sikap ghuluw, sekalipun ada orang yang
meragukannya dan menjadikannya sebagai tokoh dalam khayalan…..Adapun kami
sesuai dengan penelitian akhir maka kami tidak meragukan keberadaannya
dan ghuluwnya”.
Dari paparan di atas menjadi
jelaslah bahwa Ibn Saba’ adalah orang yang pertama menyuarakan tenatng “wasiat”,
“raj’ah”, “mencela sahabat” dan “mencela Khulafa’ Rasyidin”.
Dia dan kelompoknya mengemas
dengan kemasan-kemasan tertentu lalu menjadikannya sebagai riwayat dan
hadits-hadits, kemudian secara dusta mereka mengaitkan pada ahlul bait yang
baik-baik. Dan hasilnya sangat laku dikalangan orang-orang bodoh dan lugu.[12]
1.2.4
Doktrin Syiah Saba’iyah
Rencana makar Ibn Saba’ memiliki
banyak tujuan antara lain bisa kita sebutkan[13]:
1. Menaburkan
fitnah di tengah-tengah umat Islam dengan memprovokasi massa untuk bangkit
menentang dan membunuh khalifah Utsman ra agar ekspansi Islam menjadi terhenti
2. Menanam akar
kebencian di hati umat Islam terhadap Abu Bakar, Umar dan Utsman. Dan ini telah
terjadi, mereka sukses dalam hal ini dengan mempengaruhi orang-orang Islam yang
bodoh dan orang-orang yang memiliki niat jahat kepada Islam.
3. Mensosialisasikan
Akidah Yahidi di tengah-tengah kaum muslimin, yaitu : akidah wishayah (wasiat
oleh Nabi) dan wilayah (Imamah) yang tidak ada kekurangannya sedikitpun dalam
al-Qur’an dan as-Sunnah, tetapi justru di rekayasa oleh yahudi dari wasiat musa
kepada Yusya’ ibn Nun, lalu mereka sebarkan di tengah komunitas muslim dengan
nama wasiat Muhammad Saw, untuk Ali ra dan ternyata sangat menarik hati
orang-orang Majusi, kini mereka menjadi propagandis yang paling besar.
4. Mengkafirkan
semua sahabat Nabi Saw kecuali beberapa orang. Sasarannya adalah untuk
meragukan semua hadits-hadits Nabi dan ayat-ayat al-Qur’an yang diriwayatkan
melalui mereka. Ini juga berhasil karena anak cucu Majusi tidak mau menerima
hadits yang diriwayatkan melalui jalur para sahabat yang mulia tersebut
5. Menyebar
pemikiran-pemikiran Yahudi seperti “raj’ah” (kembali setelah mati),
“tidak mati”, “menguasai bumi”, “mengetahui yang ghaib”, “kuasa” dan hal-hal
lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan Islam. Semua keyakinan tadi telah
diambil oleh Syi’ah bahkan mereka membubuhi dan melengkapi[14].
Demikianlah Abdullah ibn Saba’
dan pemikiran-pemikirannya yang merusak yang dia kaitkan dengan syariat yang
suci ini, mulai dengan kembalinya Rasul Saw ke muka bumi ini, setelah beliau
wafat, keyakinan Ali tidak mati sampai menguasai bumi, hak wilayah dan uluhiyah bagi
Ali sampai akhirnya mengaku menjadi Nabi. Pemikiran-pemikiran semacam ini tidak
lain hanyalah racun yang dia sebarkan setelah mempelajari dan merancang demi
mewujudkan tujuan dan cita-citanya yang kotor.
1.2.5 Asal Usul Syi’ah Itsna ‘Asyariah
Ailiran syi’ah Itsna ‘Asyariah adalah aliran yang masyhur dalam syiah,
yang tersebar diberbagai negara Islam,dan menjadi mazhab resmi negara di
Republik Islam Iran. Syiah Itsna ‘asyariah bahwa ali ibn abi thalib adalah
penerima wasiat Nabi Muhammad SAW. Seperti yang ditunjukkan nas. Adapun
Al-aushiya (penerima wasiat) setelah ali bin abi tholib adalah keturunan dari
garis fatimah, yaitu Hasan bin Ali kemudian Husen bin Ali sebagaimana yang
disepakati. Setelah Husen adalah Ali Zainal Abidin, kemudian secara berturut-turut;
Muhammad Al-Baqir, Abdullah ja’far Ash-Shadiq, Musa Al-kahzim, Ali Ar-Rida,
Muhammad Al-Jawwad, Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askari dan Muhammad Al-Mahdi sebagai imam kedua
belas[15].
Demikian lah, karena pengikut aliran ini telah berbaiat di bawah imamah dua
belas imam, mereka di kenal dengan sebutan syiah dua belas atau Itsna ‘Asyariyah.
Nama dua belas atau Itsna ‘Asyariah ini mengandung pesan penting dalam
tinjauan sejarah, yaitu golongan ini terbentuk setelah lahirnya kedua belas
iman yaitu kira-kira pada tahun 260 H/878 M. Pengikut sekte ini menganggap
bahwa iman ke buabelas, Muhammad Al-Mahdi, dinyatakan gaibah (occultation).
Muhammad Al-Mahdi bersembunyi diruang bawah tanah rumah ayahnya di samarra dan
tidak kembali. Itulah sebabnya kembalinya Imam Al-Mhdi ini selalu
ditunggu-tunggu pengikut sekte Syi’ah Itsna Asyariyah. Ciri khas kehadirannya
adalah sebangai Ratu Adil yang akan turun di akhir zaman. Oleh karena inilah,
Muhammad Al-Mahdi dijuluki sebagai Imam Mahdi Al-Muntazhar (yang ditunggu).
1.2.6 Doktrin-Doktrin
Syi’ah Itsna ‘Asyariah
Dalam syiah Itsna ‘Asyariah dikenal cukup banyak ajaran
yang harus dipatuhi, seperti menyangkut masalah, akidah, ibadah, mu’amalah,
imamah, ishmah, washiat, raj;ah, bada; dan lain sebagainya, namun pada
prinsipnya, seluruhnya ajaran tersebut bertumpu pada 5 (lima) ajaran pokok yang
dikenal dengan ushuluddin yaitu:
1. Tauhid (The divine unity)
2. Kedilan (The divine Justice)
3. Nubuwwah (Apoltlensip)
4. Ma’ad ( The last day)
5. Imamah ( The divine guidance)[16]
1. Tauhid (The Devine Unity)
Tuhan
adalah Esa baik esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan Tuhan adalah mutlak. Ia
bereksistensi dengan sendirinya sebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan waktu
diciptakan oleh tuhan. Tuhan maha tahu, maha mendengar, mengerti semua bahasa,
dan bebas berkehendak, keesaan Tuhan selalu tidak murakkab (tersusun). Tuhan
tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri
sendiri,tidak dibatasioleh ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat dengan
mata biasa. Dalam syiah Itsna ‘Asyariah , manusia diharapkan memahami dirinya
yang dibuktikan dengan mentauhidkan Allah SWT. Setelah terlebih dahulu
mengenal-Nya, pada akjitnya akan terjalin hubungan yang akrab dan harmonis yang
buahnya melahirkan kepasrahan manusia terhadap Tuhanya. Ini berarti dalam
mentauhidkan Allah SWT., hendaknya menggunakan pendekatan akal disamping
keyakinan. Dengan demikian, tidak ada sedikitpun keraguan terhadap Allah SWT.
Sang pencipta semesta alam (QS.14:10).
2. Keadilan (The Devine Justice)
Tuhan
menciptakan kebaikan di dalam semesta ini merupakan keadilan. Ia tidak pernah
menghiasi ciptaan-Nya dengan ketidakadailan. Karena ketidakadilan dan kelaliman
terhadap yang lain merupakan tanda kebodohan dan ketidakmampuan, sementara
Tuhan adalah Maha tahu dan Maha Kuasa. Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk
mengetahui pekara yang benar atau salah melalui perasaan. Manusia dsapat
menggunakan penglihatan, pendengaran, dan indra lainya untuk melakukan
perbuatan, baik perbuatan baiak maupun perbuatan buruk.jadi, manuasia dapat
mamanfatkan potensi berkehandak sebagaianugrah
tuhan untuk mewujudkan dan bertangguang
jawab atas perbuatannya. Untuk itu aliran ini sangat menyerukan kepada
manusia, terutama pada pengikutnya agar menjadi pelopor penyeru kebenaran dan
harapan terciptanya kedamaian hidup didunia dan akhirat.
3. Nubuwwah (Apostleship)
Setiap
makhluk sekalipun telah diberi insting, masih membutuhkan petunjuk, baik
petunjuk dari tuhan maupun dari manuasia. Rasul merupakan petunjuk hakiki
utusan Tuhan yang secara transenden diutus untuk membrikan acuan dalam membedakan
antara yang baiak dan yang buruk di alam semesta. Dalam keyakinan Syi’ah itsna
Asyariyah, tuhan telah mengutus 124.000 rasul untuk memberikan petunjuk kepada
manusia. Syi’ahn Itsna Asyariyah percaya mutlak tentang ajaran tauhid dengan
kerasulan sejak adam hingga Muhammad. Mereka percaya adanya kiamat. Kemurnian
dan keaslian Al-Qur’an jauh dari tahrif
perubahan, atau tambahan.
4. Ma’ad (The Last Day)
Ma’ad
adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilan atuhan di akhirat. Seriap
muslim harus yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakan
bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah periode transit dari
kehidipan dunia menuju ke akhirat.
Kehidupan
(baru) yang akan dilalui oleh roh manusia itu masuk kedalan wilayah al-ma’ad,
artinya mulus dan tidak mulusnya perjalanannya, tergantung dari apa yang telah
dilakukannya (bersama tubuhnya) ketika didunia. Dengan pemahaman yang benar
tentang ma’ad ini akan muncul rasa takut kepada Allah SET. dan siksanya,
sehingga mendorongnya untuk senantiasa berjalan sesuai dengan syari’at-Nya
dengan menjauhkan diri dari kesalahan. Dengan demikian pengetahuan tentang
al-ma’ad ini sebenarnya mengandung pendidikan yang agung demi kebahagiaan
manusia itu sendiri.
5. Imamah (The Devine Guidance)
Imamah adalah institusi yang di inagurasikan tuhan untuk memberikan
petunjuk manusia yang di pilih dari keturunan ibrahim dan di delegasikan kepada
keturunan muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir. Selanjutnya, dalam sisi
yang yang bersifat mahdah, Syi’ah isna asyariyah berpijak kepada delapan cabang
agama yang di sebut dengan furu ad-din delapan cabang tersebut terdiri atas
shalat, puasa, haji, zakat, khumus, atau pajak sebesar seperlima dari
penghasilan, jihad al-amri bi al-ma’ruf dan an-nahyu an-munkar.[17]
1.2.7 Konsep Imamah Syiah Itsna ‘Asyariyah
Imamah adalah doktrin fundamental dalam syiah. Tanpa menyakini imamah
seseorang tidak dapat disebut sebagai penganut syiah. Dengan kata lain,
menyakini imamah adalah fardu ‘ain.
Imamah adalah jabatan fungsional seseorang imam. Imam berfungsi sebagai
pemimpin religion sampai politik seluruh komunitas muslim yang dipercaya Tuhan
dalam rangka amal ma’ruf nahi ’an al-munkar untuk menjalankan pemerintahan-Nya.
Dalam keyakina syiah itsna
‘asyariah, imamah adalah seperti kenabian, yaitu kenabian, yaitu merupakan luft
dari Allah SWT.oleh karena itu imamah merupakan kelamjutan dari kenabian dalam
tugasnya memberikan peyunjuk bagi manusia untuk kebahagiaan mereka di dunia dan
akhirat.
Keyakinan bahwa imamah merupakan
lutf dari Allah SWT. adalah berdasarkan pada paham keadilan Tuhan. Bagi syiah
Itsna ‘Asyariah Tuhan wajib berlaku adil, dan keadilan Tuhan menuntut supaya
Tuhan menetapkan imamah. Olehkarena itu manusia memerlukan imam yang akan
membimbing mereka mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat sebagaimana Nabi
membimbing manusia.[18]
Sebagai tindak lanjut dari keadaan
imamah yang merupakan lutf dari Tuhan, golomgan Itsna ‘Asyariah berpendapat
bahwa imam itu ma’shum atau terjaga dari kesalahan. Sifat ishmah ini artinya
adalah terpeliharanya dari dosa dan maksiat, baik yang kecil maupun yang besar,
dan dari kesalahan serta kelalaian, walaupun secara akal mungkin saja hal itu
terjadi, tetapi wajib terpelihara dari semua kekurangan itu. Ishmaupakan lutfh
menurut pengertian ini me dar Allah SWT sehingga seorang imam, walaupun mampu
untuk melakukan perbuatan yang tercela, tidak sampai terjadi atau terjerumus
untyk melakukan kesalahan, dan meninggalan ketaatan kepada Allah SWT.
Dalam keyakinan syiah Itsna
‘Asyariah juga dikenal ajaran taqiyah. Taqiyah berarti mengatakan atau
melakukan suatu perbuatan yang berlawanan dengan apa yang diyakininya demi
menjaga keselamatan dan kehormatan diri, harta atau nyawanya.
Ajaran ini merupakan ajaran penting
disampimg imam dan ishmah. Bagi pengikut syiah ini menyakini dan mengamalkan
ajaran ini adalah wajib. Kewajiban ini didasarkan pada fatwa yabg dikeluarkan
oleh para imamnya, diantaranya fatwa imam Ja’far al-Shadiq;” Taqiyah adalah
agamaku dan agama nenek moyangku”, fatwanya yang lain:’barang siapa yang tidak
bertaqiyah berarti tidak beragama”.
Karena fatwa trsebut, maka taqiyah
wajib diamalkan oleh pengikut syiah Itsna ‘Asyariyah. Namun demikian ajaran ini
hanya dilaksanakan dalam keadaan terpaksa yaitu apabila tidak ada jalan lain
untuk menyelamatkan diri. Lebih lanjut taqiyah ini tidak boleh dilaksanakan
untuk sesuatu yang menimbulkan untuk sesuatu yang menimbulkan kerusakan atau
fitnah dalam agama atau umat Islam.
Selain dari faham atau keyakinan
yang telah diuraikan terdapat keyakinan yang juga penting dalam syiah Itsna
‘Asyariah, yaitu faham mahdiyah. Faham ini berarti keyakinan akan datangnya
Imam al-Mahdi yang akan datang nanti pada akhir zaman. Menurut mereka Imam
al-Mahdi yang akan datang nanti adalah imam mereka ke-12 (dua belas) yang
menghilang pada tahun 260 H. Imam ini akan databg kembali kedunia untuk
menegakkan keadilan dan menyelamatkan manusia dari kelaliman. Pengikut syiah
Itsna ‘Asyariah berkeyakinan bahwa imam al-Mahdi, walaupun sudah sekian lama
belum muncul, tidak mati melainkan bersembunyi, oleh karena itulah Imam
Muhammad ibn al-Hasan al-Askari ini disebut Imam al-Muntadzar.[19]
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ø Secara bahasa, Syi’ah berarti pengikut, golongan,
sahabat dan penolong . Istilah Syi’ah, selanjutnya berkembang dengan arti
khusus, yaitu nama bagi sekelompok orang yang menjadi partisan atau pengikut
Ali bin Abi Thalib dan keturunan-keturunannya.
Ø Kaum Syi’ah memiliki 5 pokok pikiran utama yang
harus dianut oleh para pengikutnya diantaranya yaitu at tauhid, al ‘adl, an
nubuwah, al imamah dan al ma’ad.
Ø Pendiri Syiah Saba’iyah adalah Abdullah Ibn Saba’ ia
berasal dari Yahudi dari San’a (Yaman) ibunya adalah wanita berkulit hitam, ia
dikenal dengan “Ibnu as-Sawda’”. Dia masuk Islam pada zaman Utsman ra. Dia dan
para pengikutnya dari Yahudi Jazirah Arab berpindah-pindah tempat antara Hijaz,
Bashrah, Kufah dan Syam.Dan kemudian dia masuk Islam .
Ø Ailiran syi’ah Itsna ‘Asyariah adalah aliran yang
masyhur dalam syiah, yang tersebar diberbagai negara Islam,dan menjadi mazhab
resmi negara di Republik Islam Iran. Syiah Itsna ‘asyariah bahwa ali ibn abi
thalib adalah penerima wasiat Nabi Muhammad SAW.
Ø Ajaran
Asyariyah bertumpu pada 5 (lima) ajaran pokok yang dikenal
dengan ushuluddin yaitu:Tauhid (The divine unity), Kedilan (The divine Justice), Nubuwwah (Apoltlensip), Ma’ad ( The last day), Imamah ( The divine
guidance).
Abu Zahrah,Muhammad.1996.Aliran Politik dan Aqidah dalam
Islam.Jakarta:Logos.
Asmuni
Yusron.1993.llmu Tauhid,Jakarta Utara: PT Raja Grafindo
Harun Nasution,Harun
.1979. Ensiklopedi Islam Indonsia.Jakarta:Djambatan.
Ja’fari,
Fadil Su’ud.2010.Islam Syi’ah.Malang:UIN MALIKI Press.
Quraisy,Syihab.2007. Sunnah
Syiah.Tangerang:Lentera Hati.
Sarkowi. Teologi Islam Klasik.2010.Malang:
Resist Literacy.
[4]Syihab Quraisy, Sunnah Syiah,2007,(Lentera
Hati:Tangerang,2007).hlm.46
[6]Sarkowi, Teologi Islam
Klasik, (Resist Literacy:Malang,2010).hlm.42
[7]Sarkowi, Teologi Islam
Klasik, (Resist Literacy:Malang,2010).hlm.43
[8]Harun Nasution, Ensiklopedi
Islam Indonsia, (Jakarta:Djambatan,1979),hlm.24
[9]Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonsia,
(Jakarta:Djambatan,1979),hlm.26
[11]Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonsia,
(Jakarta:Djambatan,1979),hlm.29
[12]Asmuni Yusron, llmu Tauhid,(PT
Raja Grafindo:Jakarta Utara,1993),hlm.58
[13]Syihab Quraisy, Sunnah
Syi’ah, (Lentera Hati: Tangerang,2007),hlm.76
[14]Sarkowi, Teologi Islam
Klasik, 2010, (Resist Literacy:Malang,2010),hlm.51
[15]Ja’fari, Fadil Su’ud, Islam Syi’ah,(UIN Maliki Press:Malang,
2010),hlm.
[16]Ja’fari, Fadil Su’ud, Islam Syi’ah,(UIN Maliki Press:Malang, 2010),hlm.
[17]Ja’fari, Fadil Su’ud, Islam Syi’ah,(UIN Maliki Press:Malang,
2010),hlm.
[18]Ja’fari, Fadil Su’ud, Islam Syi’ah,(UIN Maliki Press:Malang,
2010),hlm.
[19]Ja’fari, Fadil Su’ud, Islam
Syi’ah,(UIN Maliki Press:Malang, 2010),hlm.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
ReplyDeleteNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut