Thursday, 7 November 2013

HAKIKAT SYIAH SABA’IYAH DAN SYIAH ITSNA ‘ASYARIAH
Dosen pengampu:

Dr. Fadil Sj, M.Ag
Disusun Oleh:

Mohammad Nabiil (12220105)
Moh. Koirul Anam (12220104)
Rizul Barzan (12220112)



JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG



  
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Munculnya Syi’ah

Secara bahasa, Syi’ah berarti pengikut, golongan, sahabat dan penolong. Istilah Syi’ah, selanjutnya berkembang dengan arti khusus, yaitu nama bagi sekelompok orang yang menjadi partisan atau pengikut Ali bin Abi Thalib dan keturunan-keturunannya.[1]
Sebenarnya Syiah dinamakan juga Rafidhah, Penamaan ini disebutkan oleh syaikh mereka Al Majlisi dalam bukunya "Al Bihaar" dan ia mencantumkan empat hadits dari hadits-hadits mereka.
Ada yang mengatakan : mereka dinamakan rafidhah, karena mereka datang ke Zaid bin Ali bin Husein, lalu mereka berkata : "Berlepas dirilah kamu dari Abu Bakar dan Umar sehingga kami bisa bersamamu!", lalu beliau menjawab : "Mereka berdua (Abu Bakar dan Umar) adalah sahabat kakekku, bahkan aku setia kepada mereka". Mereka berkata : "Kalau begitu, kami menolakmu (rafadhnaak) maka dinamakanlah mereka Raafidhah (yang menolak), dan orang yang membai'at dan sepakat dengan Zaid bin Ali bin Husein disebut Zaidiyah.
Ada yang mengatakan : mereka dinamakan dengan Raafidhah, karena mereka menolak keimaman (kepemimpinan) Abu Bakar dan Umar. Dan dikatakan mereka dinamakan dengan Rafidhah karena mereka menolak agama.
Dalam buku Daairatul Ma'arif bahwasanya : golongan yang muncul dari cabang-cabang syi'ah jauh melebihi dari angka tujuh puluh tiga golongan yang terkenal itu.
Bahkan dikatakan oleh seorang rafidhah Mir Baqir Ad Damaad, sesungguhnya seluruh firqoh-firqoh yang tersebut dalam hadits, yaitu hadits berpecahnya umat ini menjadi tujuh puluh tiga golongan, maksudnya adalah firqoh-firqoh syi'ah. Dan sesungguhnya golongan yang selamat itu dari mereka adalah golongan Imamiyah.


Al Maqrizi menyebutkan bahwa jumlah firqoh-firqoh mereka itu sampai 300 (tiga ratus) firqoh.
As Syahrastaani berkata : “Sesungguhnya Rafidhah terbagi menjadi lima bagian : Al Kisaaniyah, Az Zaidiyah, Al Imamiyah, Al Ghaliyah dan Al Ismailiyah.”
Al Baghdadi berkata : “Sesungguhnya Rafidhah setelah masa Ali ada empat golongan : Zaidiyah, Imamiyah, Ghulaah dan Kisaaniyah.”
Perlu diperhatikan bahwa sesungguhnya Az Zaidiyah tidak termasuk dari firqoh-forqoh Rafidhah, kecuali kelompok Al Jarudiyah.Selanjutnya Umar ditunjuk oleh Abu Bakar sebagai penggantinya, menjadi khalifah kedua yang kemudian dilanjutkan oleh Usman. Setelah Usman terbunuh oleh pemberontak yang mengatasnamakan diri mereka sebagai anti depotisme keluarga Umayyah, Ali kemudian diangkat menjadi khalifah keempat pada tahun 35H/656M[2].
Perjalanan sejarah menunjukkan bahwa peristiwa pembunuhan khalifah ke-3 Usman Bin Affan, telah melahirkan rentetan sejarah yang sangat panjang dan membawa dampak pada khalifah setelahnya, Ali bin Abi Thalib. Di antaranya adalah penolakan Muawiyyah, gubernur Damaskus atas Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, dengan alasan bahwa Ali tidak melakukan pengusutan terhadap pembunuhan Usman. Ketegangan antara Ali dan Muawiyah ini berbuntut dengan terjadinya perang Siffin yang berakhir dengan peristiwa arbitrase (tahkim), yang dianggap sebagai titik temu penyelesaian persengketaan yang terjadi antara khalifah (Ali Bin Abi Thalib) dengan Muawiyah.
Namun peristiwa itu justru melahirkan berbagai reaksi dan aksi, seiring dengan tidak bisanya menyatukan pemikiran dan pendapat dari masing-masing kelompok. Pada akhirnya membuat umat menjadi bagian-bagian (firqah-firqah). Sejarah mencatat, bermula dari perpecahan politik ini, pada kelanjutannya melahirkan aliran-aliran teologi dalam Islam.
Aliran yang paling terkenal dengan peristiwa ini adalah Khawarij yang muncul sebagai pasukan yang keluar dari barisan Ali atau memisahkan diri sebagai bentuk protes terhadap keputusan Ali dan pada saat yang bersamaan juga muncul satu golongan yang tetap setia mendukung Ali bin Abi Thalib, yang pada berikutnya terkenal dengan nama Syi’ah, yang dalam perekembangnya hadir sebagai sebuah aliran yang memiliki konsep dan ajaran tersendiri.[3]
Syi’ah memiliki main-stream berupa kecintaan kepada Ali dan Ahlul Bait. Main-stream itu kemudian berkembang setahap demi setahap, dan pada akhirnya menjadikan Syi’ah sebagai sebuah mazhab atau aliran yang memiliki ajaran-ajaran tersendiri dalam bidang politik, teologi, fiqih, dan bidang lainnya.Teologi Syi’ah mengandung prinsip ajaran yang dikenal dengan lima rukun, yaitu prinsip tauhid (Keesaan Tuhan), nubuwwat (kenabian), maad (kebangkitan jiwa dan tubuh pada hari kiamat), imamah serta prinsip a-‘adl. Imamah merupakan esensi ajaran Syi’ah. Sehingga kita bisa temukan ajaran-ajaran Syi’ah di bidang politik dan teologi pada umumnya berkisar pada persoalan imamah dan iman serta hubungan yang erat antara keduanya.
Dalam perkembangannya, Syi’ah dapat diterima oleh banyak kalangan namun dengan banyak perbedaan dan perpecahan yang melahirkan sekte yang tidak sedikit dalam Syi’ah itu sendiri. Tetapi sekalipun Syi’ah terpecah kepada beragam sekte, namun mereka mempunyai keyakinan yang sama pada umumnya, yang merupakan ciri Syi’ah secara menyeluruh.

2.2.2  Pokok-pokok Pikiran Syi’ah
Kaum Syi’ah memiliki 5 pokok pikiran utama yang harus dianut oleh para pengikutnya diantaranya yaitu at tauhid, al ‘adl, an nubuwah, al imamah dan al ma’ad.[4]

a.       At tauhid
Kaun Syi’ah juga meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, tempat bergantung semua makhluk, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan juga tidak serupa dengan makhluk yang ada di bumi ini. Namun, menurut mereka Allah memiliki 2 sifat yaitu al-tsubutiyah yang merupakan sifat yang harus dan tetap ada pada Allah SWT. Sifat ini mencakup ‘alim (mengetahui), qadir (berkuasa), hayy (hidup), murid (berkehendak), mudrik (cerdik, berakal), qadim azaliy baq (tidak berpemulaan, azali dan kekal), mutakallim (berkata-kata) dan shaddiq (benar). Sedangkan sifat kedua yang dimiliki oleh Allah SWT yaitu al-salbiyah yang merupakan sifat yang tidak mungkin ada pada Allah SWT. Sifat ini meliputi beberapa bagian, berjisim, bisa dilihat, bertempat, bersekutu, berhajat kepada sesuatu dan merupakan tambahan dari Dzat yang telah dimilikiNya.[5]
b.      Al ‘adl
Kaum Syi’ah memiliki keyakinan bahwa Allah memiliki sifat Maha Adil. Allah tidak pernah melakukan perbuatan zalim ataupun perbuatan buruk yang lainnya. Allah tidak melakukan sesuatu kecuali atas dasar kemaslahatan dan kebaikan umat manusia. Menurut kaum Syi’ah semua perbuatan yang dilakukan Allah pasti ada tujuan dan maksud tertentu yang akan dicapai, sehingga segala perbuatan yang dilakukan Allah Swt adalah baik. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep keadilan Tuhan yaitu Tuhan selalu melakukan perbuatan yang baik dan tidak melakukan apapun yang buruk.Tuhan juga tidak meninggalkan sesuatu yang wajib dikerjakanNya.
c.       An nubuwwah
Kepercayaan kaum Syi’ah terhadap keberadaan Nabi juga tidak berbeda halnya dengan kaum muslimin yang lain. Menurut mereka Allah mengutus nabi dan rasul untuk membimbing umat manusia. Rasul-rasul itu memberikan kabar gembira bagi mereka-mereka yang melakukan amal shaleh dan memberikan kabar siksa ataupun ancaman bagi mereka-mereka yang durhaka dan mengingkari Allah SWT. Dalam hal kenabian, Syi’ah berpendapat bahwa jumlah Nabi dan Rasul seluruhnya yaitu 124 orang, Nabi terakhir adalah nabi Muhammad SAW yang merupakan Nabi paling utama dari seluruh Nabi yang ada, istri-istri Nabi adalah orang yang suci dari segala keburukan, para Nabi terpelihara dari segala bentuk kesalahan baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi Rasul, Al Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad yang kekal, dan kalam Allah adalah hadis (baru), makhluk (diciptakan) hukian qadim dikarenakan kalam Allah tersusun atas huruf-huruf dan suara-suara yang dapat di dengar, sedangkan Allah berkata-kata tidak dengan huruf dan suara.[6]

d.      Al imamah
Bagi kaun Syi’ah imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama sekaligus dalam dunia.Ia merupakan pengganti Rasul dalam memelihara syari’at, melaksanakan hudud (had atau hukuman terhadap pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan kebaikan serta ketentraman umat. Bagi kaum Syi’ah yang berhak menjadi pemimpin umat hanyalah seorang imam dan menganggap pemimpin-pemimpin selain imam adalah pemimpin yang ilegal dan tidak wajib ditaati. Karena itu pemerintahan Islam sejak wafatnya Rasul (kecuali pemerintahan Ali Bin Abi Thalib) adalah pemerintahan yang tidak sah. Di samping itu imam dianggap ma’sum, terpelihara dari dosa sehingga imamah tidak berdosa serta perintah, larangan tindakan maupun perbuatannya tidak boleh diganggu gugat ataupun dikritik.
e.       Al Ma’ad
Secara harfiah al ma’dan yaitu tempat kembali, yang dimaksud disini adalah akhirat. Kaum Syi’ah percaya sepenuhnya bahwahari akhirat itu pasti terjadi. Menurut keyakinan mereka manusia kelak akan dibangkitkan, jasadnya secara keseluruhannya akan dikembalikan ke asalnya baik daging, tulang maupun ruhnya. Dan pada hari kiamat itu pula manusia harus memepertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia di hadapan Allah SWT. Pada saat itu juga Tuhan akan memberikan pahala bagi orang yang beramal shaleh dan menyiksa orang-orang yang telah berbuat kemaksiatan.

1.2.3 Sejarah Timbulnya Syi’ah Saba’iyah
           
Abdullah Ibn Saba’ adalah Yahudi dari San’a (Yaman) ibunya adalah wanita berkulit hitam, ia dikenal dengan “Ibnu as-Sawda’”. Dia masuk Islam pada zaman Utsman ra. Dia dan para pengikutnya dari Yahudi Jazirah Arab berpindah-pindah tempat antara Hijaz, Bashrah, Kufah dan Syam. Dia berusaha dengan keras untuk mempengaruhi kelompok orang-orang bodoh, orang yang berjiwa lemah dan orang-orang yang menyimpan dendam terhadap Islam (dan atau orang-orangnya). Ternyata ia tidak berhasil (dengan gemilang).
 Kemudian ia pindah ke Mesir dan diikuti oleh pengikutnya. Di sana ia tinggal menetap dan hidup di tengah-tengah penduduk Mesir[7]. Dia mulai mempengaruhi mereka, ternyata bumi Mesir subur untuk dakwahnya. Dia berkata kepada mereka: “Aku sangat heran kenapa kalian mempercayai bahwa Isa putra Maryam akan kembali ke dunia sementara kalian tidak percaya bahwa Muhammad akan kembali kepadanya ?!” Dia berdalil dengan firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: “Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata”.(Al-Qashash : 85).”
Dia telah jauh menyimpang dari kebenaran dalam menafsiri ayat, karena yang dimaksud dengan “ma’ad” di sini adalah sebagaimana yang dikatakan para ahli tafsir adalah kematian atau surga atau kembalinya Rasul Saw kepada Rabb-nya pada hari kiamat[8].
Dengan begitu dia telah mempengaruhi akal mereka. Maka mereka meyakini adanya “Raj’ah” ini. Jadi Ibnu Saba’ adalah orang pertama yamg menyuarakan tentang “Raj’ah”. Dia sangat berlebihan dalam perkara ini sampai menetapkan “wilayah”, ia berkata: “Sesungguhnya setiap Nabi memiliki seorang “washi” dan Ali ibn Abi Thalib adalah washi bagi Muhammad Saw!,
 Maka tidak ada orang yang paling Zalim selain orang yang tidak melaksanakan wasiat Rasulullah Saw (maksudnya ia menuduh Utsman merampas hak Ali dan menzaliminya). Maka bangkitlah kalian untuk memperjuangkan perkara ini, dan hendaklah cara kalian dalam mengembalikan hak kepada pemiliknya dengan mencela para umara dan menampakkan “amar ma’ruf dan nahi munkar”, dengan begitu kalian akan menarik simpati orang”.
Akhirnya sampailah ajaran Ibnu Saba’ kepada puncaknya ketika mengklaim ketuhanan Ali, dan bahwasanya Ali tidak dibunuh melainkan naik ke langit, dan sesungguhnya yang terbunuh adalah setan yang menjelma dengan rupa Ali. Gledek adalah suara Ali dan kilat adalah cemetinya atau senyumannya
Padahal gledek dan kilat sudah ada sejak zaman dulu (sebelum meninggalnya Ali).
Demikianlah ia menyebarkan kebatilan dan khurafat ini di tengah-tengah orang yang lemah jiwanya. Maka ia dan orang-orangnya berhasil membentuk kelompok-kelompok di Mesir, Bashrah dan Kufah, dan di setiap wilayah ada amirnya. Kelompok Mesir dipimpin oleh al-Ghafiqi ibn Harb al-‘Akki al-Misri, yang menjadi ujung tombak dan alat untuk melaksanakan rencana-rencana selanjutnya. Al-Ghafiqi memiliki banyak pembantu dan orang dekatnya semisal: Sudan ibn Hamran, Khalid ibn Muljam, Kinanah ibn Bisyr at-Tujibi, Abdullah ibn Badil ibn Warqa’, Hakim ibn Jabillah dan Malik ibn al-Harits al-Asytar[9].
Tatkala tiba waktunya kelompok Saba’iyah berangkat dari Mesir, Bashrah dan Kufah secara serentak menuju Madinah pada tahun 35 H. Mereka memecah diri dalam 12 kelompok, masing-masing wilayah 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 150 orang. Mereka menampakkan diri seperti rombongan haji, memanfaatkan momentum keberangkatan jama’ah haji yang sesungguhnya. Ketika mereka telah mengepung Madinah, dan fitnah telah mencapai puncaknya mereka melarang khalifah Utsman ra shalat di masjid Nabawi, kemudian mereka mengepung rumah khalifah ar-Rasyid. Lalu mereka masuk rumah (dari belakang) secara paksa, al-Ghafiqi memukul khalifah dengan besi. At-Tujibi memutuskan jari-jari Nailah istri khalifah. Kemudian mereka menancapkan pedang di dada khalifah dan menindihnya, maka terbunuhlah khalifah Utsman asy-Syahid. Ruhnya terbang menemui Rabb-nya dan di hadapannya tergeletak Kitabullah. Kemudian Sudan ibn Hamran keluar dari rumah khalifah dan berteriak “Kami telah membunuh Utsman ibn Affan”[10].
Sukseslah Ibnu Saba’ dalam rencana jahatnya dan khalifah Utsman ibn Affan ra menjadi korban dari konspirasi ini.
Kini, setelah lebih dari seribu tahun sebagian Hakham (pemimpin, ulama) Syi’ah mengingkari keberadaan sosok Ibnu Saba’ dengan tujuan supaya tidak terbongkar kebusukkan mereka dan agar tidak membenarkan pendapat kaum muslimin tentang mereka. Maka mereka mengingkari keberadaan Ibnu Saba’ “sang mu’allim pertama” dalam kesesatan mereka. Di antara yang mengingkarinya adalah Muhammad al-Husain Ali Kasyif al-Ghitha’ di dalam kitabnya “Ashl asy-Syi’ah wa Ushuluha”. Dia menulis dengan keji : “Sesungguhnya Abdullah ibn Saba’, Majnun ibn Amir, Abu Hilal dan yang semisal dengan orang-orang atau pahlawan-pahlawan ini, semuanya adalah khurafat yang dikarang oleh para “tukang cerita” atau “oarang-orang yang senang begadang dan ngobrol tidak karuan”.
Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir rahimahullah ketika membantah orang-orang seperti mereka mengatakan:
“Mengingkari keberadaan Abdullah ibn Saba’ sama artinya dengan mengingkari matahari yang bersinar terang di siang hari. Tidak ada satupun penulis klasik yang mengingkari keberadaannya. Saya tidak habis pikir siapakah yang lebih dalam ilmu dan penguasaannya terhadap realitas-realitas (sejarah)? Orang-orang terdahulu ataukah orang-orang belakangan yang pengecut dan takut dari cucunya sendiri? Kita meminta dan menantang mereka untuk membuktikan satu orang yang terdahulu, dari mereka sendiri, bukan dari kita, yang mengingkari sosok Ibnu Saba’ dan menganggapnya sebagai khayalan dankhurafat….. Yang perlu diingat, kita tidak menyebut Ibnu Saba’.
 ketika menyebutnya dalam kitab kami “Asy-Syi’ah wa as-Sunnah”, sebagai nukilan dari Ibnu Hajar al-Asqalani atau adz-Dzahabi atau Ibnu Hibban, Ibnu Makula, al-Bukhari atau Fulan dan Fulan…Tetapi kami menyebutnya berdasarkan nukilan dari al-Kasy-syi imam mereka sendiri dalam bidang rijal, an-Nubakhti, imam mereka dalam hal firaq atau sekte-sekte. Dan seorang sejarawan Syi’ah dalam “ar-Rawdhah ash-Shofa”. Ketiga kitab tersebut adalah kitab mereka, ditulis oleh pemuka mereka kemudian dari tahqiq atau editing mereka, supaya tidak ada sangkaan bahwa ada yang sengaja menyisipkan, editor atau komentator. Sesungguhnya an-Nubakhti secara pasti tidak menukil dari ath-Thabari dan tidak satupun orang yang menuduhnya demikian. Dia jika tidak mendahului ath-Thabari, juga tidak setelahnya, karena dia sejaman dengan Tsabit ibn Qurrah yang meninggal 288 H, dan dialah poros dan pusat dari orang Syi’ah yang terkenal dengan kefanatikan dan caciannya terhadap orang-orang yang tidak sejalan, yang dikenal dengan sebutan al-Kasy-syi, yang ahli di bidang rijal (para tokoh dan rawi). Yang hidup sejaman dengan Ibnu Fuldaih yang meninggal pada 369 H. Dan kitabnya adalah kitab yang paling utama dan pertama tentang rijal, juga (mengambil) dari “al-Ushul al-Arba’ah” yang menjadi tumpuan mereka dalam bab ini”.
Sesungguhnya banyak sekali kitab-kitab Syi’ah yang menegaskan dan mengukuhkan apa yang sudah kita sebut di atas tentang Ibn Saba’. Inilah al-Huli asy-Syi’i dalam kitabnya menulis`: “Sesungguhnya Abdullah ibn Saba’ kembali menjadi kafir dan menampakkan sikap ghuluw, ia mengaku menjadi Nabi dan Ali as adalah Allah. Maka Ali memintanya untuk bertaubat dalam tiga hari. Ternyata ia tidak mau taubat maka Ali membakarnya dengan api dalam kelompok 70 orang yang mengklaim hal yang sama”[11].
Begitu pula pembesar mereka Sa’ad ibn Abdillah al-Qummi yang meninggal pada 229 H, yang sejaman dan bertemu dengan Imam Syi’ah kesebelas al-Hasan al-Askari dan mengambil ilmu dari padanya, telah mengakui keberadaan sosok Ibn Saba’. Bahkan ia menyebutkan nama orang-orang pembantu dan sahabatnya yang ikut melakukan makar dan menjuluki mereka dengan “ Firqah Saba’iyah”. Dia berkata tentang Ibn Saba’: “Dia adalah orang pertama yang menampakkan penghinaan terhadap Abu Bakar, Umar, Utsman dan sahabat serta menyatakan “Bara’” (lepas diri) dari mereka. Dia mengklaim bahwa Ali yang memerintahkannya untuk itu”. Sebagaimana ia meriwayatkan bahwa ketika Ali mendengar kabarnya ia memerintahkan untuk membunuhnya, kemudian diurungkan dan merasa cukup dengan mengusirnya ke Madain.
Mirip dengan yang tadi para ulama dan sejarawan Syi’ah lainnya juga telah mengatakan seperti : al-Astarabadzi, ath-Thusi, at-Tustari, Abbas al-Qummi, al-Khawansari, al-Ashfahani dan pengarang kitabRawdhah as-Shafa dalam sejarahnya.
Sebagaimana Ulama dan sejarawan Sunni juga telah menetapkan Ibn Saba’ dan akidah-akidahnya seperti ath-Thabari, Ibn Katsir dan Ibn al-Atsir, Ibn Khaldun, al-Hafizh Ibn Hajar dan al-Isfiraini, begitu pula al-Baghdadi, ar-Razi dan asy-Syaharastani.
Tidak diragukan lagi bahwa sumber-sumber dan bukti-bukti ini telah mengukuhkan keberadaan Ibn Saba’ dan kelompoknya yang terdiri dari orang Yahudi dan kaum munafik yang menyebut diri mereka dengan sebutan “Syi’ah Ahlul Bait”.
Sebagian ulama Syi’ah kontemporer telah merubah pola mereka dan mulai mengakui adanya tokoh Ibn Saba’, setelah bukti-bukti keberadaannya tampak di mata mereka dan tidak bisa lagi mengelak. Mengelak harganya sangat mahal bagi mereka sebab konsekuensinya adalah menganggap cacat sumber-sumber agama mereka. Karena itu Muhammad Husain az-Zen seorang Syi’ah kontemporer mengatakan: “Bagaimanapun juga Ibn Saba’ memang ada dan dia telah menampakkan sikap ghuluw, sekalipun ada orang yang meragukannya dan menjadikannya sebagai tokoh dalam khayalan…..Adapun kami sesuai dengan penelitian akhir maka kami tidak meragukan keberadaannya dan ghuluwnya”.
Dari paparan di atas menjadi jelaslah bahwa Ibn Saba’ adalah orang yang pertama menyuarakan tenatng “wasiat”, “raj’ah”, “mencela sahabat” dan “mencela Khulafa’ Rasyidin”.
Dia dan kelompoknya mengemas dengan kemasan-kemasan tertentu lalu menjadikannya sebagai riwayat dan hadits-hadits, kemudian secara dusta mereka mengaitkan pada ahlul bait yang baik-baik. Dan hasilnya sangat laku dikalangan orang-orang bodoh dan lugu.[12]

1.2.4 Doktrin Syiah Saba’iyah
Rencana makar Ibn Saba’ memiliki banyak tujuan antara lain bisa kita sebutkan[13]:
1. Menaburkan fitnah di tengah-tengah umat Islam dengan memprovokasi massa untuk bangkit menentang dan membunuh khalifah Utsman ra agar ekspansi Islam menjadi terhenti
2. Menanam akar kebencian di hati umat Islam terhadap Abu Bakar, Umar dan Utsman. Dan ini telah terjadi, mereka sukses dalam hal ini dengan mempengaruhi orang-orang Islam yang bodoh dan orang-orang yang memiliki niat jahat kepada Islam.
3. Mensosialisasikan Akidah Yahidi di tengah-tengah kaum muslimin, yaitu : akidah wishayah (wasiat oleh Nabi) dan wilayah (Imamah) yang tidak ada kekurangannya sedikitpun dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, tetapi justru di rekayasa oleh yahudi dari wasiat musa kepada Yusya’ ibn Nun, lalu mereka sebarkan di tengah komunitas muslim dengan nama wasiat Muhammad Saw, untuk Ali ra dan ternyata sangat menarik hati orang-orang Majusi, kini mereka menjadi propagandis yang paling besar.
4. Mengkafirkan semua sahabat Nabi Saw kecuali beberapa orang. Sasarannya adalah untuk meragukan semua hadits-hadits Nabi dan ayat-ayat al-Qur’an yang diriwayatkan melalui mereka. Ini juga berhasil karena anak cucu Majusi tidak mau menerima hadits yang diriwayatkan melalui jalur para sahabat yang mulia tersebut
5. Menyebar pemikiran-pemikiran Yahudi seperti “raj’ah” (kembali setelah mati), “tidak mati”, “menguasai bumi”, “mengetahui yang ghaib”, “kuasa” dan hal-hal lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan Islam. Semua keyakinan tadi telah diambil oleh Syi’ah bahkan mereka membubuhi dan melengkapi[14].
Demikianlah Abdullah ibn Saba’ dan pemikiran-pemikirannya yang merusak yang dia kaitkan dengan syariat yang suci ini, mulai dengan kembalinya Rasul Saw ke muka bumi ini, setelah beliau wafat, keyakinan Ali tidak mati sampai menguasai bumi, hak wilayah dan uluhiyah bagi Ali sampai akhirnya mengaku menjadi Nabi. Pemikiran-pemikiran semacam ini tidak lain hanyalah racun yang dia sebarkan setelah mempelajari dan merancang demi mewujudkan tujuan dan cita-citanya yang kotor.

1.2.5 Asal Usul  Syi’ah Itsna ‘Asyariah
Ailiran syi’ah Itsna ‘Asyariah adalah aliran yang masyhur dalam syiah, yang tersebar diberbagai negara Islam,dan menjadi mazhab resmi negara di Republik Islam Iran. Syiah Itsna ‘asyariah bahwa ali ibn abi thalib adalah penerima wasiat Nabi Muhammad SAW. Seperti yang ditunjukkan nas. Adapun Al-aushiya (penerima wasiat) setelah ali bin abi tholib adalah keturunan dari garis fatimah, yaitu Hasan bin Ali kemudian Husen bin Ali sebagaimana yang disepakati. Setelah Husen adalah Ali Zainal Abidin, kemudian secara berturut-turut; Muhammad Al-Baqir, Abdullah ja’far Ash-Shadiq, Musa Al-kahzim, Ali Ar-Rida, Muhammad Al-Jawwad, Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askari  dan Muhammad Al-Mahdi sebagai imam kedua belas[15]. Demikian lah, karena pengikut aliran ini telah berbaiat di bawah imamah dua belas imam, mereka di kenal dengan sebutan syiah dua belas atau  Itsna ‘Asyariyah.
Nama dua belas atau Itsna ‘Asyariah ini mengandung pesan penting dalam tinjauan sejarah, yaitu golongan ini terbentuk setelah lahirnya kedua belas iman yaitu kira-kira pada tahun 260 H/878 M. Pengikut sekte ini menganggap bahwa iman ke buabelas, Muhammad Al-Mahdi, dinyatakan gaibah (occultation). Muhammad Al-Mahdi bersembunyi diruang bawah tanah rumah ayahnya di samarra dan tidak kembali. Itulah sebabnya kembalinya Imam Al-Mhdi ini selalu ditunggu-tunggu pengikut sekte Syi’ah Itsna Asyariyah. Ciri khas kehadirannya adalah sebangai Ratu Adil yang akan turun di akhir zaman. Oleh karena inilah, Muhammad Al-Mahdi dijuluki sebagai Imam Mahdi Al-Muntazhar (yang ditunggu).

1.2.6 Doktrin-Doktrin Syi’ah Itsna ‘Asyariah

Dalam syiah Itsna ‘Asyariah dikenal cukup banyak ajaran yang harus dipatuhi, seperti menyangkut masalah, akidah, ibadah, mu’amalah, imamah, ishmah, washiat, raj;ah, bada; dan lain sebagainya, namun pada prinsipnya, seluruhnya ajaran tersebut bertumpu pada 5 (lima) ajaran pokok yang dikenal dengan ushuluddin yaitu:
1.      Tauhid (The divine unity)
2.      Kedilan (The divine Justice)
3.      Nubuwwah (Apoltlensip)
4.      Ma’ad ( The last day)
5.      Imamah ( The divine guidance)[16]


1.      Tauhid (The Devine Unity)

Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan Tuhan adalah mutlak. Ia bereksistensi dengan sendirinya sebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan waktu diciptakan oleh tuhan. Tuhan maha tahu, maha mendengar, mengerti semua bahasa, dan bebas berkehendak, keesaan Tuhan selalu tidak murakkab (tersusun). Tuhan tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri  sendiri,tidak dibatasioleh ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Dalam syiah Itsna ‘Asyariah , manusia diharapkan memahami dirinya yang dibuktikan dengan mentauhidkan Allah SWT. Setelah terlebih dahulu mengenal-Nya, pada akjitnya akan terjalin hubungan yang akrab dan harmonis yang buahnya melahirkan kepasrahan manusia terhadap Tuhanya. Ini berarti dalam mentauhidkan Allah SWT., hendaknya menggunakan pendekatan akal disamping keyakinan. Dengan demikian, tidak ada sedikitpun keraguan terhadap Allah SWT. Sang pencipta semesta alam (QS.14:10).

2.      Keadilan (The Devine Justice)

Tuhan menciptakan kebaikan di dalam semesta ini merupakan keadilan. Ia tidak pernah menghiasi ciptaan-Nya dengan ketidakadailan. Karena ketidakadilan dan kelaliman terhadap yang lain merupakan tanda kebodohan dan ketidakmampuan, sementara Tuhan adalah Maha tahu dan Maha Kuasa. Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui pekara yang benar atau salah melalui perasaan. Manusia dsapat menggunakan penglihatan, pendengaran, dan indra lainya untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baiak maupun perbuatan buruk.jadi, manuasia dapat mamanfatkan potensi  berkehandak sebagaianugrah tuhan untuk mewujudkan dan bertangguang  jawab atas perbuatannya. Untuk itu aliran ini sangat menyerukan kepada manusia, terutama pada pengikutnya agar menjadi pelopor penyeru kebenaran dan harapan terciptanya kedamaian hidup didunia dan akhirat.

3.      Nubuwwah (Apostleship)

Setiap makhluk sekalipun telah diberi insting, masih membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari tuhan maupun dari manuasia. Rasul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara transenden diutus untuk membrikan acuan dalam membedakan antara yang baiak dan yang buruk di alam semesta. Dalam keyakinan Syi’ah itsna Asyariyah, tuhan telah mengutus 124.000 rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia. Syi’ahn Itsna Asyariyah percaya mutlak tentang ajaran tauhid dengan kerasulan sejak adam hingga Muhammad. Mereka percaya adanya kiamat. Kemurnian dan keaslian Al-Qur’an  jauh dari tahrif perubahan, atau tambahan.

4.      Ma’ad (The Last Day)

Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilan atuhan di akhirat. Seriap muslim harus yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakan bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah periode transit dari kehidipan dunia menuju ke akhirat.

Kehidupan (baru) yang akan dilalui oleh roh manusia itu masuk kedalan wilayah al-ma’ad, artinya mulus dan tidak mulusnya perjalanannya, tergantung dari apa yang telah dilakukannya (bersama tubuhnya) ketika didunia. Dengan pemahaman yang benar tentang ma’ad ini akan muncul rasa takut kepada Allah SET. dan siksanya, sehingga mendorongnya untuk senantiasa berjalan sesuai dengan syari’at-Nya dengan menjauhkan diri dari kesalahan. Dengan demikian pengetahuan tentang al-ma’ad ini sebenarnya mengandung pendidikan yang agung demi kebahagiaan manusia itu sendiri.





5.      Imamah (The Devine Guidance)

Imamah adalah institusi yang di inagurasikan tuhan untuk memberikan petunjuk manusia yang di pilih dari keturunan ibrahim dan di delegasikan kepada keturunan muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir. Selanjutnya, dalam sisi yang yang bersifat mahdah, Syi’ah isna asyariyah berpijak kepada delapan cabang agama yang di sebut dengan furu ad-din delapan cabang tersebut terdiri atas shalat, puasa, haji, zakat, khumus, atau pajak sebesar seperlima dari penghasilan, jihad al-amri bi al-ma’ruf dan an-nahyu an-munkar.[17]

1.2.7 Konsep Imamah Syiah Itsna ‘Asyariyah

Imamah adalah doktrin fundamental dalam syiah. Tanpa menyakini imamah seseorang tidak dapat disebut sebagai penganut syiah. Dengan kata lain, menyakini  imamah adalah fardu ‘ain. Imamah adalah jabatan fungsional seseorang imam. Imam berfungsi sebagai pemimpin religion sampai politik seluruh komunitas muslim yang dipercaya Tuhan dalam rangka amal ma’ruf nahi ’an al-munkar untuk menjalankan pemerintahan-Nya.
            Dalam keyakina syiah itsna ‘asyariah, imamah adalah seperti kenabian, yaitu kenabian, yaitu merupakan luft dari Allah SWT.oleh karena itu imamah merupakan kelamjutan dari kenabian dalam tugasnya memberikan peyunjuk bagi manusia untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
            Keyakinan bahwa imamah merupakan lutf dari Allah SWT. adalah berdasarkan pada paham keadilan Tuhan. Bagi syiah Itsna ‘Asyariah Tuhan wajib berlaku adil, dan keadilan Tuhan menuntut supaya Tuhan menetapkan imamah. Olehkarena itu manusia memerlukan imam yang akan membimbing mereka mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat sebagaimana Nabi membimbing manusia.[18]
            Sebagai tindak lanjut dari keadaan imamah yang merupakan lutf dari Tuhan, golomgan Itsna ‘Asyariah berpendapat bahwa imam itu ma’shum atau terjaga dari kesalahan. Sifat ishmah ini artinya adalah terpeliharanya dari dosa dan maksiat, baik yang kecil maupun yang besar, dan dari kesalahan serta kelalaian, walaupun secara akal mungkin saja hal itu terjadi, tetapi wajib terpelihara dari semua kekurangan itu. Ishmaupakan lutfh menurut pengertian ini me dar Allah SWT sehingga seorang imam, walaupun mampu untuk melakukan perbuatan yang tercela, tidak sampai terjadi atau terjerumus untyk melakukan kesalahan, dan meninggalan ketaatan kepada Allah SWT.
            Dalam keyakinan syiah Itsna ‘Asyariah juga dikenal ajaran taqiyah. Taqiyah berarti mengatakan atau melakukan suatu perbuatan yang berlawanan dengan apa yang diyakininya demi menjaga keselamatan dan kehormatan diri, harta atau nyawanya.
            Ajaran ini merupakan ajaran penting disampimg imam dan ishmah. Bagi pengikut syiah ini menyakini dan mengamalkan ajaran ini adalah wajib. Kewajiban ini didasarkan pada fatwa yabg dikeluarkan oleh para imamnya, diantaranya fatwa imam Ja’far al-Shadiq;” Taqiyah adalah agamaku dan agama nenek moyangku”, fatwanya yang lain:’barang siapa yang tidak bertaqiyah berarti tidak beragama”.
            Karena fatwa trsebut, maka taqiyah wajib diamalkan oleh pengikut syiah Itsna ‘Asyariyah. Namun demikian ajaran ini hanya dilaksanakan dalam keadaan terpaksa yaitu apabila tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan diri. Lebih lanjut taqiyah ini tidak boleh dilaksanakan untuk sesuatu yang menimbulkan untuk sesuatu yang menimbulkan kerusakan atau fitnah dalam agama atau umat Islam.
            Selain dari faham atau keyakinan yang telah diuraikan terdapat keyakinan yang juga penting dalam syiah Itsna ‘Asyariah, yaitu faham mahdiyah. Faham ini berarti keyakinan akan datangnya Imam al-Mahdi yang akan datang nanti pada akhir zaman. Menurut mereka Imam al-Mahdi yang akan datang nanti adalah imam mereka ke-12 (dua belas) yang menghilang pada tahun 260 H. Imam ini akan databg kembali kedunia untuk menegakkan keadilan dan menyelamatkan manusia dari kelaliman. Pengikut syiah Itsna ‘Asyariah berkeyakinan bahwa imam al-Mahdi, walaupun sudah sekian lama belum muncul, tidak mati melainkan bersembunyi, oleh karena itulah Imam Muhammad ibn al-Hasan al-Askari ini disebut Imam al-Muntadzar.[19]

















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ø  Secara bahasa, Syi’ah berarti pengikut, golongan, sahabat dan penolong . Istilah Syi’ah, selanjutnya berkembang dengan arti khusus, yaitu nama bagi sekelompok orang yang menjadi partisan atau pengikut Ali bin Abi Thalib dan keturunan-keturunannya.

Ø  Kaum Syi’ah memiliki 5 pokok pikiran utama yang harus dianut oleh para pengikutnya diantaranya yaitu at tauhid, al ‘adl, an nubuwah, al imamah dan al ma’ad.

Ø  Pendiri Syiah Saba’iyah adalah Abdullah Ibn Saba’ ia berasal dari Yahudi dari San’a (Yaman) ibunya adalah wanita berkulit hitam, ia dikenal dengan “Ibnu as-Sawda’”. Dia masuk Islam pada zaman Utsman ra. Dia dan para pengikutnya dari Yahudi Jazirah Arab berpindah-pindah tempat antara Hijaz, Bashrah, Kufah dan Syam.Dan kemudian dia masuk Islam .

Ø  Ailiran syi’ah Itsna ‘Asyariah adalah aliran yang masyhur dalam syiah, yang tersebar diberbagai negara Islam,dan menjadi mazhab resmi negara di Republik Islam Iran. Syiah Itsna ‘asyariah bahwa ali ibn abi thalib adalah penerima wasiat Nabi Muhammad SAW.
Ø  Ajaran Asyariyah bertumpu pada 5 (lima) ajaran pokok yang dikenal dengan ushuluddin yaitu:Tauhid (The divine unity), Kedilan (The divine Justice), Nubuwwah (Apoltlensip), Ma’ad ( The last day), Imamah ( The divine guidance).




DAFTAR PUSTAKA


Abu Zahrah,Muhammad.1996.Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam.Jakarta:Logos.
Asmuni Yusron.1993.llmu Tauhid,Jakarta Utara: PT Raja Grafindo
Harun Nasution,Harun .1979. Ensiklopedi Islam Indonsia.Jakarta:Djambatan.
Ja’fari, Fadil Su’ud.2010.Islam Syi’ah.Malang:UIN MALIKI Press.
Quraisy,Syihab.2007. Sunnah Syiah.Tangerang:Lentera Hati.
Sarkowi. Teologi Islam Klasik.2010.Malang: Resist Literacy.


[1]ISLAM SYIAH: Telaah Pemikiran Imamah Habib Husein Al-Habsyi, Fadil Su’ud Ja’fari. Hal21
[2]Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonsia, (Jakarta:Djambatan,1979).Hal 56
[3]Sarkowi, Teologi Islam Klasik, 2010, Resist Literacy:Malang.hlm35
[4]Syihab Quraisy, Sunnah Syiah,2007,(Lentera Hati:Tangerang,2007).hlm.46

[6]Sarkowi, Teologi Islam Klasik, (Resist Literacy:Malang,2010).hlm.42

[7]Sarkowi, Teologi Islam Klasik, (Resist Literacy:Malang,2010).hlm.43

[8]Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonsia, (Jakarta:Djambatan,1979),hlm.24

[9]Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonsia, (Jakarta:Djambatan,1979),hlm.26
[10] Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, ( Jakarta:Logos, 1996).hlm.49
[11]Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonsia, (Jakarta:Djambatan,1979),hlm.29
[12]Asmuni Yusron, llmu Tauhid,(PT Raja Grafindo:Jakarta Utara,1993),hlm.58

[13]Syihab Quraisy, Sunnah Syi’ah, (Lentera Hati: Tangerang,2007),hlm.76

[14]Sarkowi, Teologi Islam Klasik, 2010, (Resist Literacy:Malang,2010),hlm.51
[15]Ja’fari, Fadil Su’ud, Islam Syi’ah,(UIN Maliki Press:Malang, 2010),hlm.
[16]Ja’fari, Fadil Su’ud, Islam Syi’ah,(UIN Maliki Press:Malang, 2010),hlm.
[17]Ja’fari, Fadil Su’ud, Islam Syi’ah,(UIN Maliki Press:Malang, 2010),hlm.
[18]Ja’fari, Fadil Su’ud, Islam Syi’ah,(UIN Maliki Press:Malang, 2010),hlm.
[19]Ja’fari, Fadil Su’ud, Islam Syi’ah,(UIN Maliki Press:Malang, 2010),hlm.

1 comment:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    ReplyDelete